Peristiwa yang
pernah terjadi mungkin bisa dilupakan, tapi tak mungkin dihilangkan. Ia akan
tetap ada dan harus dijadikan cermin
“Kukatakan pada kalian seperti
apa yang diucapkan Yusuf kepada saudara-saudaranya. Pergilah! Kalian semua
bebas!”, ujar Rasulullah saw lantang dihadapan ribuan penduduk Makkah.
Rasulullah memaklumatkan amnesti
untuk kaum Quraisy atas sikap mereka memusihi kaum muslimin sebelumnya. Hanya
beberapa nama saja yang dijatuhi hukuman mati. Nama Ikrimah bin Abu Jahal
tercantum dalam urutan pertama. Karenanya, ia melarikan diri ke Yaman.
Sementara itu, Ummu Hakim, istri
Ikrimah dan sepuluh orang wanita Quraisy, menghadap Rasulullah. Mereka memohon
pengampunan dan menyatakan bai’at dihadapan beliau. Dalam pertemuan itu, Ummu
Hakim memintakan pengampunan untuk suaminya.
Setelah pertemuan itu, Ummu Hakim
segera berangkat mencari suaminya, ia berhasil menemukan Ikrimah di pantai laut
Merah. Saat itu, Ikrimah sedang bersiap-siap berlayar. Sang istri segera
membawanya kembali menghadap Rasulullah saw yang memang telah memaafkannya. Di
hadapan Rasulullah saw, Ikrimah mengucapkan syahadat dan menyesali
perbuatannya. “Demi Allah, kalau umurku panjang, semua nafkah yang dulu
kukeluarkan untuk merintangi jalan Allah, akan kulipatkandakan di jalan Allah”,
tekad Ikrimah.
Ikrimah menepati janjinya.
Setelah masuk Islam, ia menjadi hamba yang rajin beribadah. Seringkali ia
menangis dengan air mata berlinang merenungi ayat suci Al-Qur’an yang
dibacanya. Ia menggabungkan diri dalam setiap perang, bahkan berdiri di garda
terdepan.
Ketika terjadi perang Yarmuk,
Ikrimah maju berperang habis-habisan. Melihat tindakan nekad itu, Khalid bin
Walid yang menjadi panglima pasukan segera mengejar. “Ikrimah, engkau jangan
bodoh! Kembali! Kematianmu adalah kerugian besar bagi kaum muslimin.
namunIkrimah tidak memperdulikan
peringatan tersebut. “Biarkan saja ya JKhalid! Biarkan saya menebus dosa-dosa
yang telah lalu. Saya telah memerangi Rasulullah dalam beberapa medan peperangan.
Pantaskah setelah masuk Islam saya lari dari tentara Romawi ini? Tidak!
Sekali-kali tidak!”. Kemudian ia berteriak, “Siapakah yang berani mati bersama
saya?”. Beberapa orang segera melompat ke samping Ikrimah. Kemudian menerjang
ke depan, menghalau pasukan lawan yang terus maju. Akhirnya, mereka berhasil
memukul mundur pasukan Romawi.
Di akhir pertempuran, di bumi
Yarmuk berjejer tiga mujahid muslim dalam keadaan kritis. Mereka yang menderita
luka yang sangat parah itu adalah Al Harits bin Hisyam, ‘Ayyasy bin Abi Rabi’ah
dan Ikrimah bin Abu Jahal.
Al Harits minta air minum. Ketika
air didekatkan ke mulutnya, ia melihat Ikrimah dalam keadaan seperti yang ia
alami. “Berikan dulu air kepada Ikrimah!” ujar Al Harits.
Ketika air didekatkan ke mulut
Ikrimah, ia melihat ‘Ayyasy menengok kepadanya. “Berikan dulu kepada ‘Ayyasy!”
ujarnya.
Ketika air minum didekatkan ke
mulut ‘Ayyasy, dia telah meninggal. Orang yang memberikan air minum segera
kembali ke hadapan Harits dan Ikrimah,namun keduanya pun telah meninggal.
Ikrimah bukanlah satu-satunya
sahabat Rasulullah yang mempunyai masa kelam. Umar bin Khaththab juga punya
masa-masa gelap yang begitu membekas dalam ingatannya. Tak jaran ia menangis
terisak lantaran masa lalunya. Air matanya berderai ketika mengenang anak
perempuannya yang ia kubur hidup-hidup. Sering ia menangis sendirian di tengah
sepinya malam saat mengingat sikapnya kepada Rasulullah dan kaum muslimin.
Setiap orang punya masa lalu. Ada yang buruk dan ada
yang baik. Seorang manusia tak bisa menghilangkan sejarah dan masa lalunya.
Semua yang pernah terjadi mungkin bisa dilupakan, tetapi tak mungkin
dihilangkan. Ia akan tetap ada dan menjadi cermin bagi pelakunya sendiri atau
orang lain.
Dalam Islam, masa lalu tak boleh
dijadikan catatan sejarah semata. Ia harus memberikan manfaat. Diantaranya,
masa lalu dapat dijadikan cermin. Pelaku atau orang lain, harus menjadikan masa
lalu sebagai kaca untuk melihat diri. Apa yang buruk di masa lalu, tak boleh
lagi terulang. Apa yang terlihat baik, harus ditingkatkan.
Para
sahabat Rasulullah saw adalah sosok-sosok yang begitu nyata menjadikan masa
lalau sebagai cermin. Semangat mereka begitu besar untuk menebus kesalahan masa
lalu. Hampir semua sahabat yang dulunya memusihi Rasulullah saw, menjadi
pendukung setia kaum muslimin setelah mereka memeluk Islam. Masa lalu,
seharusnya menjadi seperti bahan bakar yang terus memacu menuju perbaikan.
Selain sebagai cermin, masa lalu
adalah juga kumpulan anak tangga sejarah yang harus disambung dengan jenjang
berikutnya. Apa yangn terjadi hari ini akan menjadi masa lalu yang teramat
berharga bagi generasi berikutnya. Hari ini akan menjadi salah satu jenjang
asari anak tangga sejarah yang harus disambung.
Masa lalu yang paling dekat
dengan kita adalah masa lalu diri sendiri. Tak yang banyak mengetahi secara
detil baik, buruk dan pahit, manis hidup, kecuali diri kita sendiri. Selayaknya,
jangan orang lain yang mengambil cermin hidup kita, tetapi kita sendiri yang
berkaca. Teramat malang
nasib seseorang kala dirinya hanya menjdi cermin bagi orang lain. Betapa
beruntungnya seseorang saat menjadikan masa lalu dirinya dan orang lain sebagai
cermin untuk menata hidup. Agar masa lalu bersih dan menjadi cermin bagi semua
orang, hari-hari yang sedang kita lewati harusdiisi dengan kebaikan. Sebab,
detik-detik yang sedang kita titi, dalam sekejap akan menjadi masa lalu yang
tak pernah kembali.
Seperti disabdakan Rasulullah
saw, manusia hanya akan menjadi salah satu dari empat jenis.”Diantara manusia
ada yang dilahirkan dalam keadaan beriman, hidup sebagai seorang mikmin, dan
meninggal sebagai seorang mukmin. Ada
yang dilahirkan dalam keadaan kafir, hidup dalam keadaan kafir, dan meninggal
dalam kekafiran. Ada
yang lahir dalam keadaan beriman, hidup sebagai mukmin, dan mati dlama
kekafiran. Ada
juga yang lahir dalam kekafiran, hidup sebagai orang kafir dan meninggal dalam
keadaan beriman”, (HR Tirmidzi, Ahmad dan Hakim).
Setiap orang berhak memilih
keempat jenis tersebut. Setiap orang berhak memilih jalan hidupnya.Allah
berfirman, “Dan katakanlah, ‘Kebenaran itu datang dari Tuhanmu; maka siapa yang
ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan siapa yang ingin (kafir), biarlah ia
kafir’. Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang zalim itu neraka,
yang gejolaknya mengepung mereka”. (QS al-Kahfi : 29).
Akhirnya, marilah kita bercermin
pada masa lalu, bekerja untuk hari ini, dan menata hari esok. Itulah cara kita
mengisi hidup.
Disadur dari
Majalah Sabili Edisi 25 September 2003
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tolong jangan memberikan komentar yang menyudutkan, agitasi ataupun berbau ras.. Terima Kasih. -NS-