Jumat, 09 November 2012

ISYARAT



ISYARAT

Suatu malam di sebuah rumah, seorang anak usia tiga tahun sedang menyimak sebuah suara. “Ting…ting…ting! Ting…ting…ting!” Pikiran dan matanya menerawang ke isi rumah. Tapi, tak satupun yang jas jadi jawaban.

“Itu suara pedagang bakso keliling, Nak!”, suara sang ibu menangkap kebingungan anaknya. “Kenapa ia melakukan itu, Bu?” Tanya sang anak polos. Sambil tersenyum, ibu itu menghampiri. “Itulah isyarat. Tukang bakso cuma ingin bilang, ‘Aku ada di sekitar sini!” jawab si ibu lembut.

Beberapa jam setelah itu, anak kecil tadi lagi-lagi menyimak suara asing. Kali ini berbunyi beda. Persis seperti klakson kendaraan. “Teeet…teeet…teeet!”. Ia melongok lewat jendela. Sebuah gerobak dengan lampu petromak tampak didorong oleh seseorang melewati jalan depan rumahnya. Lagi-lagi, anak kecil itu bingung. Apa maksud suara itu, padahal tak sesuatu pun menghalangi jalan. Kenapa mesti membunyikan klakson. Sember lagi!

“Anakku. Itu tukang sate ayam. Suara klakson itu isyarat. Ia pun cuma ingin mengatakan, ‘Aku ada di dekatmu! Hampirilah!” ungkap sang ibu yang lagi-lagi menangkap kebingungan anaknya. “Koq ibu tahu?” kilah si anak lebih serius. Tangan sang ibu membelai rambut anaknya. “Nak, bukan Cuma ibu yang tahu. Semua orang dewasa pun paham itu. Simak dan pahamilah. Kelak, kamu akan tahu isyarat-isyarat itu!” ucap si ibu dengan penuh kasih sayang.
***

Diantara kedewasaan melakoni hidup adalah kemampuan menangkap dan memahami isyarat, tanda, simbol dan sejenisnya. Mungkin, itulah bahasa tingkat tinggi yang dianugerahi Allah buat makhluk yang bernama manusia.

Begitu efisien, begitu efektif. Tak perlu berteriak, tak perlu menerabas batas-batas etika; orang bisa paham maksud pembicara. Cukup dengan berdehem ‘ehm’ misalnya, orang pun paham kalau di ruang yang tampak kosong itu masih ada yang tinggal.

Di pentas dunia ini, alam kerap menampakkan seribu satu isyarat. Gelombang laut yang tiba-tiba naik ke daratan, tanah yang bergetar kuat, cuaca yang tak lagi mau teratur, angina yang tiba-tiba mampu menerbangkan rumah, dan virus mematikan yang entah dari mana sekonyong-konyong hinggap di kehidupan manusia.

Itulah bahasa tingkat tinggi yang cuma bisa dimengerti oleh meraka yang dewasa. Itulah isyarat Tuhan: “Aku selalu di dekatmu, kemana pun kau menjauh!”. Simak dan pahamilah. Agar, kita tidak seperti anak kecil yang cuma bisa bingung dan gelisah dengan kentingan tukang bakso dan klakson pedagang sate ayam.

Sumber : Muhammad Nuh, Majalah Saksi, 17 Agustus 2005


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tolong jangan memberikan komentar yang menyudutkan, agitasi ataupun berbau ras.. Terima Kasih. -NS-

JEJAK PEDULI DI TEKASALO

JEJAK PEDULI DI TEKASALOKemitraan – KBCF. Program yang baik adalah yang mampu menciptakan kemandirian. Begitulah... Posted by Salim L...