BERSYUKURLAH…
Sebuah kontemplasi diri
Menelusuri jejak langkah dalam
tiap episode hidup selalu memberikan ibroh dan pelajaran hidup yang sungguh
mengagumkan. Diantara jejak itu adalah melihat realitas kehidupan kaum marginal
dan terpinggirkan. Komunitas yang seolah hidup di “dunia lain” dengan segala
keunikannya sendiri.
Inilah potret serpihan kehidupan.
Bahwa apa yang kita saksikan dalam episode perjalanan hidup, seharusnya membuat
kita makin bersyukur. Bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah. Bersyukur
bahwa kita masih diberikan kesempatan untuk melihat dunia yang lebih luas. Bersyukur
bahwa kita masih sempat mengenyam pendidikan hingga ke jenjang yang paling
tinggi. Bersyukur bahwa kita masih mampu mengulurkan tangan, disaat orang lain
justru tak sanggup melakukannya. Bersyukur bahwa kita masih bisa tampil di
depan publik dengan segala pengetahuan dan profesi yang kita miliki, di saat
ada orang lain hanya mampu berkutat dalam pusaran kehidupannya yang terbatas. Bersyukur
bahwa ternyata hidup yang kita rasakan sulit, masih tak berarti apa-apa
dibandingkan dengan kehidupan orang lain yang jauh lebih sulit. Kehidupan yang
jika saja menimpa diri kita, mungkin saja kita tak mampu menjalaninya.
Potret kehidupan seperti itulah
yang ditemukan di daerah-daerah pesisir Kutai Timur dan Kota Bontang. Kehidupan
serupa yang kutemui di daerah Meratus Kalimantas Selatan saat aku berkunjung
kesana. Kehidupan yang juga dijalani oleh masyarakat di daerah Hulu Sungai Kahayan
Kabupaten Katingan Kalimantan Tengah. Kehidupan yang jauh dari sentuhan teknologi.
Jauh dari hingar bingar nan gemerlap. Mereka seolah berada di dunianya sendiri.
Berinteraksi bersama mereka,
keramahan mereka, membuat diri tersadar bahwa ibroh itu ada dimana-mana.
Keluguan itu tanda keikhlasan mereka. Rela berbagi dengan tetangga meski hanya
sepotong singkong. Rela direpotkan tengah malam tuk membantu tetangga yang
sedang ditimpa malang.
Ikhlas membantu sesama tanpa mengharap pamrih. Ya, keikhlasan. Sesuatu yang
telah pudar dihimpit modernisasi. Yang telah hilang ditengah zaman yang
mendewakan materi. Wallahu’alam bishowab.
Tanah Borneo, meretas syukur..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tolong jangan memberikan komentar yang menyudutkan, agitasi ataupun berbau ras.. Terima Kasih. -NS-